Google
Tampilkan postingan dengan label Pelajaran Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelajaran Hidup. Tampilkan semua postingan

Pujian Berlebih Bisa Menghambat Kreativitas Anak

MEMBERI pujian kepada anak saat dia berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) memang patut diberikan. Namun, hati-hati jika sering memberi pujian akan berdampak buruk.

Melly Kiong, penulis buku Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik, mengatakan memberi pujian kepada anak sah-saja saja. Tentu saja pujian yang tulus. "Memberi pujian kepada anak tidak harus saat mereka melakukan pekerjaan yang susah. Mereka sukses mengerjakan PR pun patut diberi pujian," ucapnya.

Selanjutnya, Melly memberi cara jika ibu bekerja juga ingin memberi pujian. Sediakan selembar kertas kecil yang berisi catatan khusus mengenai tindakan anak yang sudah dilakukan. Jika anak belum bisa membaca atau menulis, minta lah pengasuh atau pembantu yang menuliskannya.

Lalu tempelkan catatan kecil tersebut di pintu kulkas atau di tempat yang mudah dibaca. "Walaupun anak kita masih kecil, misalnya tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya, tetapi buatlah kondisi sedemikian rupa sehingga si anak tahu dan yakin bahwa kita telah tahu hal-hal yang baik yang telah mereka lakukan. Berdasarkan hal-hal yang baik itu, jangan lupa berikan mereka pujian yang tulus," papar Melly.

Dikatakan olehnya, mencatat perilaku baik anak-anak ini sangat efektif memancing mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik berikutnya. Ada rasa bangga yang luar biasa pada diri anak karena apa pun yang mereka lakukan, orang di sekelilingnya bisa mengetahui dan bahkan bisa memberikan pujian yang bisa membesarkan hati. "Pujian berdampak positif bagi perkembangan mental anak," ujarnya.

Konsultan pendidikan dari High/Scope Foundation USA, Julie Wington mengatakan, anak yang sering dipuji akan tumbuh menjadi seorang yang "gila" pujian atau yang biasa dikenal dengan istilah praise junkies. "Pujian berlebihan atau sering dilontarkan pada anak, akan membuat anak menjadi tidak berkembang, tidak kreatif karena apa yang mereka kerjakan hanya untuk mendapatkan pujian," paparnya saat ditemui di Sekolah High/Scope Jakarta, Rabu (21/1) lalu.

Misalnya saja, seorang guru di dalam kelas berkata, "Bagus sekali warna hijau untuk rumput yang kamu gambar." Ungkapan tersebut, dikatakan Julie justru akan mematikan kreativitas anak itu atau anak yang lainnya karena bukan tidak mungkin, anak yang lain akan mengatakan hal yang sama seperti, "Bu, rumput aku juga hijau" atau "aku juga mewarnai rumput dengan warna hijau".

Pujian tersebut, Julie menyebutkan, bagi anak tersebut akan membuat anak mengulangi hal yang sama atau yang dianggap "bagus" oleh guru. Hal itu bisa menyebabkan anak tidak berani untuk mencoba hal lain karena khawatir tidak akan mendapat pujian lagi.

"Yang terpenting adalah bagaimana anak mengekspresikan ide mereka. Bukan penilaian yang diberikan guru," ujar Julie. Selain itu, dampak negatif pujian berlebihan adalah anak menjadi tergantung pada guru atau orangtua.

"Anak jadi selalu meminta penilaian pada orang dewasa, apakah gambar saya bagus. Dengan kata lain, apakah gambar saya sudah sesuai dengan keinginan ibu? Padahal kreativitas anak tidak boleh dibatasi," papar Managing Director Sekolah High/Scope Jakarta Indonesia Antarina SF Amir.

Antarina menambahkan, dengan adanya pujian, maka anak cenderung tidak mampu untuk memberikan penilaian sendiri terhadap karyanya. Mereka tidak bisa berkata atau menilai apa pun karena penilaian sudah ada di tangan guru dan orangtua. Dampak lainnya adalah ketika penilaian guru terhadap karya anak dengan sebuah ungkapan, maka hal tersebut akan menciptakan sekolah pabrik.

Penelitian yang dilakukan High/Scope Foundation menyebutkan, karya anak yang dibebaskan dalam berkreasi hasilnya lebih baik daripada mereka yang melakukannya untuk mendapatkan pujian. Antarina menuturkan, pujian boleh saja dilontarkan, tetapi hanya untuk menghargai hasil kerja anak dengan tujuan mendorong mereka untuk menjadi lebih baik.

Strategi yang dapat dilakukan adalah dorong anak untuk bisa menggambarkan usaha, ide,dan karya mereka. Gunakan ungkapan yang menyatakan bahwa karya anak itu bagus atau benar dengan ungkapan yang spesifik bukan dengan penghakiman bagus, baik atau benar.

"Jika terbiasa dengan berkata, ?Bagus, kamu memberi warna hijau untuk rumput', cobalah untuk mengubah, 'Ceritakan bagaimana kamu bisa mewarnainya?'. Kalimat itu membuat anak akan berani untuk menceritakan kenapa rumput berwarna hijau atau dapat memberi warna lain sesuai dengan imajinasi dan kreativitas mereka," papar Julie.

Bagus atau buruk pekerjaan anak berilah dorongan semangat bukan pujian atau celaan. Dengan begitu, anak dapat bisa menghargai pekerjaannya sendiri. Selain itu anak juga dapat berkembang sesuai dengan usianya.
read more...

PARA PEWARIS BUMI

Koferensi Perubahan Iklim PBB baru saja berlalu Desember 2007 lalu. Dampak kerusakan lingkungan yang berakibat pada terjadinya pemanasan global di bumi dibahas, dikaji dan dicari jalan keluarnya. Ada negara-negara yang diminta untuk memenuhi janji pengurangan emosi karbon, ada industri yang diminta mencari solusi alternatif anergi dan aa kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang mendorong dan mengawal komitmen dan janji peduli lingkungan ratusan wakil negara yang hadir.
Dampak kerusakan lingkungan termasuk pemanasan global pun dibahas. Ada suhu bumi yang semakin meningkat. Ada iklim yang menjadi tak menentu. Ada hewan dan tumbuhan yang terancam kepunahan. Ada penyakit yang mengganas atau bahkan bermunculan. Petani yang mulai sulit menentukan masa tanam dan panen. Kulit dan tubuh manusia semakin rentan penyakit. Hawa yang menghangat juga membiakkan nyamuk pembawa penyakit pada lingkup wilayah lebih luas dan masa hidup lebih panjang.
Lantas saya bisa apa? Saya kan bukan aktivis lingkungan, bukan tokoh masyarakat dan bukan pula orang gedean yang bisa mempengaruhi keputusan di negeri ini. Saya Cuma rakyat biasa. Perempuan biasa. Bahkan saya Cuma seorang pelajar yang tinggal di kota mati. Ngerti apa saya soal pemanasan global? Itu mungkin yang segera terbesit dalam benak sebagian kita.
Ah, lupakah kita bahwa dampak kerusakan lingkungan entah karena pencemaran air, udara, pembabatan hutan yang tak teremajakan, eksplorasi besar-besaran bahan bakar fosil penghasil karbondioksida serta penggunaan zat-zat kimia maupun limbah hasil industri yang berwujud gas-gas rumah kaca, tak hanya menyentuh aktivis lingkungan, tokoh masayarakat, orang gedean atau pemimpin negara. Dampak ini telah menyentuh diri kita semua dan lgi-lagi kita sering lupa sebenarnya disebabkan oleh kita juga.
Sebagian besar kita memang cuma rakyat. Tetapi justru karena itu, sumbangan kerusakan kita pada dunia bias jadi cukup banyak juga. Setiap kali kita menyalakan alat elektronik, menyalakan mesin-mesin kendaraan, menghapus setitik keringat dengan tisu dan kemudian membuangnya, menyemprotkan berbagai spray berbahan baku kimiawi, mengganti bunga-bunga di rumah dengan bunga plastik karena alasan praktisnya, sedikit banyak kita telah menyumbang beban pada dunia kita yang semakin tua ini.
Namun sebenarnya banyak hal pula bisa kita lakukan untuk ikut memperbaiki dan merawat bumi kita ini. Tak perlu berpikir jauh dan susah. Memulainya dengan menghemat listrik, meminimalisir pemakaian plastik, menghijaukan rumah debgan pepohonan, dan meminimalisir penggunaan zat-zat kimia dalam aneka kebutuhan rumah tangga sudah bisa membantu upaya pemeliharaan lingkungan. Dan apa modal yang dibutuhkan untuk menjalani itu semua? Tak jauh dari diri kita sendiri. Hanya kemauan dan konsistensi pelaksanaan. Itu saja, dan dengan begitu kita bisa memberi kehidupan yang lebih untuk anak cucu kita kelak.
read more...

ADAB BERDEBAT DAN DIALOG

Debat dan dialog adalah diskusi antara dua orang atau lebih dalam permasalahan yang mereka persilisihkan. Seperti etika pada umumnya, etiaka dalam berdebat dan berdialog menjadi tata krama yang umum. Ada beberapa etika yang perlu kita ketahui supaya tidak terjadi perselisihan.

LURUSKAN NIAT; MENCARI RIDHO ALLOH DAN MEMBELA KEBENARAN.
Inilah adab pertama yang harus diperhatikan hendaknya diskusi dan dialog yang kita lakukan karena mencari ridho Alloh dan memberi kebenaran. Bukan untuk menang-menangan atau ingin dipuji manusia. Hendaklah yang terpatri dalam lubuk hati dan matanya adalah menyampaikan kebenaran pada lawan bicara. Mencari dan membela kebenaran serta membasmi segala kebathilan.

JUJUR DAN JAUHI KEDUSTAAN
Dusta adalah akhlak yang tercela. Sedangkan jujur adalah akhlak yang mulia. Dalam debat dan dialog hendaklah ucapan yang kita lontarkan benar-benar nyata dan terjadi, bukan hanya berita bohong yang tidak ada kebenarannya.Jangan sekali-kali berbicara yang menyelisihi kebenaran.

BERBEKAL ILMU
Apabila kedua belah pihak yang berdialog berpegang dengan landasan yang kuat, maka dialognya akan lebih menghantarkan sebuah hasil yang diharapkan. Sebaliknya apabila kita berdialog dengan modal ilmu pas-pasan, tidak menguasai permasalahan pokok yang diperselisihkan, bukan mustahil sebuah kebenaran akan dikalahkan oleh kebatilan, karena lemahnya orang yang menyampaikan kebenaran tersebut

BERDEBAT PADA PERMASALAN YANG BERMANFAAT
Hendaklah debat yang kita lakukan pada permasalahan yang urgen, bukan pada suatu masalah yang tidak bermanfaat. Sebagai contoh berdebat tentang siapakah yang lebih dahulu diciptakan, telur ataukah ayam ?!!. Semua ini harus ditinggalkan karena tidak membawa manfaat, sebab kerasnya hati jauh dari kebenaran.

MENAHAN DIRI TANPA EMOSI
Perkara ini sering diabaikan oleh orang yang berdialog. Bahkan pada umumnya kedua belah pihak saling emosi, baik dari yang membawa panji kebenaran maupun yang berpihak pada kebatilan. Yang benar, hendaklah menampakkan sinar kelembutan dalam berdebat. Menggunakan kalimat yang baik sepanjang debat. Seperti memanggil lawan bicara dengan panggilan yang pantas.

TAMPAKKAN RASA CINTA DAN PERSAUDARAAN SEBELUM, KETIKA DAN SETELAH BERDEBAT

LEMBUT DAN SABAR DALAM DIALOG
Hal ini perlu diperhatikan pula. Hendaklah kedua pihak yang berdebat saling berlaku lembut dan sabar dalam berdialog. Tidak tergesa-gesa dalam menyanggah, hingga menjawab dengan akal dan emosi belaka.

KEMBALI KEPADA KEBENARAN

AKHIRI DEBAT APABILA LAWAN BICARA KERAS KEPALA
Mengalah dalam berdebat apabila lawan bicara keras kepala bukan berarti kalah. Karena bisa jadi dengan tetap berlanjutnya berdebat dan dialog akan membawa permusuhan, rasa benci, marah, emosi yang tak terkendalikan. Hingga tujuan asal dari dialog akan sirna dan tak tercapai. Disinilah perlunya pandangan yang tajam dalam menilai lawan bicara. Apabila kita teruskan debat tidak ada manfaatnya, segara tutup pembicaraan dan beri nasehat tentang tujuan asal dialog. Berikan pula sumber rujukan yang valid dalam permasalahan yang diperselisihkan.

Inilah adab berdialog yang harus diketahui sebelum seseorang terpaksa menyampaikan kebenaran dengan jalan debat.
Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca.
read more...