GAZA - Israel dan Hamas masih saling menyerang meskipun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) memerintahkan keduanya mengakhiri konflik.
Israel melancarkan lebih dari 50 serangan udara di Gaza, yang disebut layanan darurat Palestina telah menewaskan 12 warga sipil, dan membuat total korban jiwa mencapai hampir 800 orang. Sementara itu,
Hamas dan sekutunya menembakkan lebih dari 15 roket ke arah selatan Israel dan melukai satu orang. Setidaknya ada empat roket Grad menghujam Beersheva, 40 km dari Gaza. Tekanan pada kedua belah pihak untuk menghentikan serangan, meningkat dengan dikeluarkannya resolusi DK PBB.
Resolusi tersebut meminta keduanya agar segera melakukan gencatan senjata yang nantinya akan mengarah pada penarikan total pasukan Israel dari Gaza. Israel telah dikritik habis oleh badan-badan PBB, Palang Merah, dan kelompok pemberi bantuan lainnya. Draf resolusi itu juga menyerukan persyaratan tidak terbatas dan distribusi menyeluruh atas bantuan kemanusiaan kepada Gaza, termasuk makanan, bahan bakar, dan perawatan medis. Dalam sidang DK PBB kemarin, 14 dari 15 anggota DK menyetujui draf resolusi itu.
Hanya Amerika Serikat (AS), sekutu utama Israel, yang abstain dan menahan diri untuk tidak memveto resolusi yang disetujui setelah negosiasi panjang antara menteri luar negeri negara Arab dan Barat itu. Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan, AS ingin melihat apa yang terjadi pada inisiatif perdamaian dari Presiden Mesir Hosni Mubarak. Mubarak telah mengundang Israel dan Palestina ke Kairo untuk membahas syarat gencatan senjata. Dia mengatakan, Washington mendukung isi resolusi itu.
Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki skeptis terhadap resolusi DK PBB. Menurutnya, resolusi itu tidak membawa akhir bagi kekerasan di Gaza. Dia mengatakan, naif sekali berharap Israel akan segera mematuhi gencatan senjata. Dia khawatir Israel justru akan memperpanjang serangan terhadap Gaza beberapa hari ke depan dengan menghajar beberapa target sebelum gencatan senjata berlaku. "Saya yakin kita akan melihat dalam waktu dua hari ke depan, serangan kejam terhadap warga Palestina dan lebih banyak korban warga Palestina jatuh meskipun resolusi sudah disahkan," kata Al Maliki kepada Al Jazeera.
Hamas belum mengomentari resolusi DK PBB itu. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki moon mengaku lega dengan disahkannya resolusi itu. Ban, yang akan mengunjungi Timur Tengah pekan depan untuk membahas krisis itu, mengatakan bahwa PBB tetap siap dan gencatan senjata akan menjadi langkah awal. Namun, jalan politik tetap dibutuhkan untuk menegakkan keamanan dan perdamaian jangka panjang. Di sisi lain, Prancis yang menjadi broker proposal gencatan senjata usulan Mesir menyatakan resolusi itu melengkapi negosiasi yang dimediasi Kairo. Namun, Paris memprediksi Israel tidak akan segera bertindak.
"Ini bukan akhir cerita. Ketika resolusi ini berlaku, apa yang kita inginkan adalah gencatan senjata dan sisanya. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi," ujar Eric Chevalier juru bicara kementerian luar negeri Prancis kepada BBC. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni berkomentar bahwa Israel akan bertindak hanya berdasarkan kepentingan, keamanan warga, dan haknya untuk membela diri.
0 komentar: on "Resolusi PBB Diabaikan, Hamas-Israel Saling Serang"
Posting Komentar